free web page counters

Pengertian Setting Cerita, Fungsi, Jenis dan Contohnya

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

Pengertian Setting Cerita, Fungsi, Jenis dan Contohnya

Setting cerita atau latar cerita merupakan elemen penting yang harus ada dalam suatu cerita. Baik itu cerita novel, cerpen, dongeng dan jenis karya prosa lainnya.

Dengan adanya elemen ini, pembaca dapat mengetahui bagaimana sebuah cerita terjadi. Mulai dari di mana cerita tersebut terjadi, bagaimana suasana atau atmosfernya sampai dengan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita tersebut.

Setting cerita juga dapat mempengaruhi crippled cerita dan karakter tokoh yang ada dalam cerita yang kamu tulis. Contoh sederhana, cerita yang mengangkat mounting waktu tahun 90-an tentu saja akan menyajikan karakter tokoh yang tidak sama dengan cerita yang bersetting tahun 2020-an.

Karena pentingnya sebuah mounting cerita atau latar cerita ini, maka kita sebagai penulis harus memiliki pemahaman yang baik. Pemahaman yang baik terkait apa itu latar cerita atau definisinya, pentingnya latar cerita serta jenis dan contohnya. Nah, materi tersebut akan dibahas lengkap pada artikel kali ini. Yuk simak pembahasan lengkapnya berikut ini:

Apa Itu Setting atau Latar Cerita?

Setting cerita adalah sesuatu yang menggambarkan bagaimana sebuah cerita berlangsung yang mana ini meliputi di mana tempat terjadinya, waktu terjadinya, dan juga suasana yang membentuk dunia di mana cerita berlangsung. Jadi, mounting ini mencakup semua elemen yang memberikan konteks bagi karakter dan peristiwa dalam cerita.

Baik elemen lokasi geografis, periode waktu, kondisi sosial, dan atmosfer emosional. Nah, mounting yang kuat dapat membuat pembaca merasa seolah-olah mereka berada dalam dunia cerita tersebut, menciptakan pengalaman yang imersif.

Hal tersebut sejalan dengan definisi mounting cerita menurut Kusnadi dkk (2009), yang mana suatu latar cerita akan mempengaruhi inti cerita dan pengambilan nilai-nilai yang akan diungkapkan si pengarang. Semakin jelas dan berkualitas mounting cerita yang digambarkan oleh pengarang, maka kualitas karya akan semakin tinggi dan juga sebaliknya.

Mengapa Latar Cerita Itu Penting?

Sebelum masuk ke jenis-jenis mounting cerita, mari kita kupas mengapa mounting ini begitu penting dalam sebuah cerita. Oke, gambaran pertama mengapa mounting itu penting, karena sebuah cerita itu mengandalkan kekuatan kata-kata kecuali cerita yang kamu tulis cerita bergambar (komik), maka mounting tidak perlu kamu tuliskan melainkan bisa kamu visualisasikan.

Nah, jika karya yang kita tulis ialah cerpen atau caller maka pemilihan kata-kata dan bagaimana kita merangkaikannya atau memasukkannya dengan elemen yang lain menjadi cerita yang utuh itu sangatlah penting. Bagaimana kita menggambarkan tentang periode waktu, tempat, lokasi, budaya, dan lain sebagainya harusnya cermat dan sesuai.

Selain gambaran sederhana di atas, sebuah mounting cerita memiliki fungsi yang lebih spesifik lagi. Untuk lebih lengkapnya simak pada uraian berikut ini:

1. Latar cerita mempengaruhi suasana hati

Setting cerita dapat mempengaruhi hati si pembaca, lho! Ini terjadi sebab melalui mounting penulis dapat menggambarkan bagaimana cuaca, arsitektur tempat, warna, suasana keramaian dan lain sebagainya yang saling berpadu menciptakan suasana yang berbeda.

Contohnya penggambaran suatu kota yang mendung hitam diselimuti hujan dapat menimbulkan suasana suram. Sementara itu, kota dengan sinar matahari yang bersinar cerah dan bunga yang sedang bermekaran dapat membangkitkan suasana yang penuh keceriaan.

2. Setting berkontribusi pada tema

Contoh pentingnya mounting dalam berkontribusi terhadap tema cerita ini dapat kamu jumpai dalam caller Laut Bercerita. Tema yang diangkat dalam caller tersebut ialah tentang perjuangan aktivis dan trauma keluarga yang ditinggalkan.

Untuk mendukung tema tersebut, penulis cerita tersebut menggunakan mounting waktu berkisar antara sebelum reformasi dan beberapa tahun setelah reformasi. Di tahun sebelum reformasi lebih banyak membahas perjuangan aktivis, sementara itu setelah reformasi lebih membahas bagaimana perjuangan keluarga untuk menemukan keluarganya yang hilang.

3. Setting cerita bisa mempengaruhi karakter tokoh

Karakter tokoh dalam cerita sangat dipengaruhi oleh mounting cerita. Karakter ini meliputi keyakinan, motivasi, sampai dengan bagaimana tokoh dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam cerita. Bisa dikatakan bahwa karakter tokoh merupakan produk dari lingkungan atau mounting dari suatu cerita.

Sebagai contoh caller dengan mounting tahun 1996-an memiliki gejolak politik yang berbeda dengan tahun 2024. Situasi ini tentunya akan membentuk karakter tokoh yang akan terasa berbeda pula ketika kita membacanya.

Selain iklim sosial politik, semangat budaya, mode, bahasa gaul, hiburan, akses teknologi, dan peran sosial yang diterima semuanya akan berbeda—begitu pula dengan karakter tokohnya.

4. Menetapkan hubungan dengan plot

Setting cerita yang kita buat akan sangat berpengaruh terhadap crippled cerita. Plot cerita haruslah selaras dengan latar yang kita buat. Di mana pun kita sebagai penulis ingin memilihkan tempat di mana tokoh berada, maka dunia cerita yang terbentuk haruslah ada batasannya baik itu budaya, teknologi, atau peran sosial.

Sebagai contoh dalam caller The Architecture of Love yang mana cerita mengambil mounting kota New York yang selaras dengan judul caller itu sendiri “Architecture” maka, cerita yang tersaji erat kaitannya dengan bagaimana arsitektur dari kota New York itu sendiri. Tentu saja lokasi lokasi yang dipilih bisa merepresentasikan bagaimana”New York” tersebut.

Hubungan dengan crippled cerita, ya bagaimana perjalanan cinta Raya bersama River di kota New York tersebut. Untuk bisa memahaminya dengan lebih item kamu bisa membaca novelnya, ya dan lakukan analisis bagaimana hubungan mounting cerita dan crippled cerita.

Jenis-Jenis Setting dalam Cerita dan Contohnya

Pengertian Setting Cerita, Fungsi, Jenis dan Contohnya

Apa saja macam-macam mounting cerita, yuk simak selengkapnya di bawah ini:

1. Setting tempat

Latar tempat ini mengacu pada lokasi geografis maupun lokasi fisik di mana sebuah cerita berlangsung. Secara fisik, latar ini bisa berupa di sebuah rumah, dapur, ruang makan, sekolah dan lain sebagainya. Untuk lokasi geografis ini bisa di kota, desa atau secara spesifik di tulisan nama daerahnya.

Bisa dikatakan lokasi fisik ini sebagai latar implisit. Artinya, lokasinya tidak dijelaskan dengan detail. Namun, menggunakan hanya berupa gambaran tempat saja, contohnya sebagai berikut ini:

Lukman tinggal bersama kakeknya di rumah reyot tanpa jendela.

Nah, item lokasi yang tersaji secara item dinamakan latar eksplisit. Biasanya mounting tempat yang seperti ini dituliskan nama lokasinya atau gedung atau bangunan, contohnya ialah sebagai berikut:

Susno telah tiba di Bandara Soekarno Hatta untuk berangkat ke Belanda.

2. Setting waktu

Latar waktu mencakup periode sejarah, tahun, musim, atau bahkan waktu spesifik dalam sehari yang menjadi latar cerita. Setting waktu ini juga terbagi menjadi dua, yaitu implisit dan eksplisit.

Setting waktu yang tersaji secara implisit, terjadi apabila latar waktu yang tidak disebutkan secara langsung dan terperinci di dalam cerita tersebut. Selain tidak dijelaskan secara terperinci, jenis mounting waktu ini juga tidak dituliskan dengan tepat kapan peristiwanya terjadi. Contoh kalimatnya yaitu sebagai berikut ini:

Di suatu pagi yang dingin, Lukman bersandar di bawah pohon beringin seorang diri.

Sedangkan untuk mounting waktu yang eksplisit, rincian waktu terjadinya tergambar dengan jelas dan detail. Contohnya ialah sebagai berikut ini:

Pagi itu, pukul 10.00 WIB, 17 Agustus 1946, Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

3. Setting sosial

Setting sosial mencakup kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi dunia cerita. Hal ini meliputi position sosial, adat istiadat, dan hubungan antar karakter serta perilaku sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Setting sosial ini contohnya dapat kita lihat dalam caller Laut Bercerita, yakni bagaimana kehidupan para aktivis ini. Mulai dari, bagaimana mereka bersikap dengan segala keterbatasannya dalam menghadapi kondisi sosial yang terjadi seperti apa-apa serba mahal. Dan bagaimana mereka berjuang untuk membela rakyat di tengah ancaman yang terus berdatang.

4. Setting suasana

Suasana adalah elemen emosional yang tercipta melalui deskripsi lingkungan dan interaksi antar karakter. Suasana bisa menyeramkan, romantis, melankolis, atau penuh ketegangan. Nah, untuk contohnya ialah sebagai berikut ini:

Malam itu, seakan waktu terhenti, di pandangan mata Luki yang terlihat hanya kegelapan. Hatinya pun seakan jatuh ketika dia mendengar kabar kepergian sang Ayah tercinta.

Namun, aerial matanya tidak bisa keluar sebab ia sulit mencerna apa yang terjadi, hingga akhirnya datang sang adik seketika itu juga aerial matanya jatuh bagaikan aerial bah.

Itulah hal-hal terkait mounting atau latar cerita. Bagaimana, sudahkah kamu memiliki gambaran bagaimana mounting cerita untuk cerita yang kamu tulis nanti?

Untuk semakin memantapkan pemahaman dan kepiawaianmu dalam membuat mounting cerita, memperbanyak membaca cerpen atau caller bisa jadi solusi. Tentu saja tidak sekedar membaca, tapi kita juga harus menganalisisnya.

Dan, yang terpenting ialah berlatih menulis cerita dengan mounting cerita yang jelas, sehingga cerita yang kita buat semakin berprogres jadi lebih baik lagi, ya! Semangat untuk terus berkarya!