Upacara Bendera dan Upaya Membentuk Kepribadian Bangsa. Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu tidak asing dengan nan namanya upacara bendera. Entah itu di hari Senin alias pada momen penting. Dari tetap kanak-kanak, remaja, hingga dewasa, sekolah hingga bekerja, kita lekat dengan aktivitas tersebut. Berbagai cerita di baliknya pun tentu ada. Excited, deg-degan, lelah, haru, bosan, alias nan lainnya. Postingan berikut ini bakal bercerita tentang momen upacara bendera di mata seorang usia kanak-kanak. Bagaimana keterkaitannya dengan pendidikan karakter dan pembentukan kepribadian bangsa.
Membentuk Kepribadian Bangsa
Melalui Pembiasaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Bulan Agustus 2023, seperti biasa kami mengantarkan anak-anak ke sekolah meskipun itu tanggal merah. Pada salah satu sisi lapangan, sudah terlihat beberapa siswa berseragam putih melakukan persiapan. Sedangkan siswa lainnya tetap beramai-ramai melangkah mengisi area lapangan untuk membikin barisan upacara 17 Agustus. Tanggal 17 Agustus merupakan salah satu tanggal wajib dilaksanakannya upacara bendera. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Permendikbud No.22 Tahun 2018, bahwa aktivitas upacara bendera dilaksanakan paling sedikit pada pagi hari setiap peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, hari senin, serta hari besar nasional.
“Kan biasanya adik hanya lihat kakak nan upacara bendera, sekarang adik juga bu..”
kata adik sewaktu kami antarkan ke sekolah pada 17 Agustus 2023 pagi itu.
Sempat cemas adik bakal kelelahan berdiri dalam waktu nan lama, syukurlah semua melangkah lancar. Kalaupun sempat lelah, rasanya jadi tertutupi dengan antusiasmenya nan luar biasa. Apalagi ini adalah pengalaman pertama dia mengikuti upacara bendera. Berbeda dengan adik, si sulung (kakak) sudah mengikuti acapkali aktivitas tersebut. Kakak tidak mengeluh meski dia tahu hari itu adalah tanggal merah.
“Bu, sejenak kakak bakal jadi tim paduan bunyi pas upacara”
ucap kakak sejak malam sebelum tanggal 17 Agustus tiba.
Kami mencoba memandang momen upacara 17 Agustus ini sebagai salah satu upaya membentuk kepribadian bangsa melalui suatu pembiasaan pendidikan karakter di sekolah. Bagaimana seorang kanak-kanak seperti adik dan kakak, punya rasa antusias untuk mengikutinya. Pengalaman pertama bagi adik, dan momen menjadi tim paduan bunyi bagi kakak. Tidak hanya upacara, ada beberapa contoh pembiasaan lainnya, yaitu: menyanyikan lagu wajib dan daerah, membaca cerita rakyat, dan tetap banyak lagi.
Pendidikan Karakter dan Profil Pelajar Pancasila
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek pengetahuan (cognitive), sikap emosi (affection felling), dan tindakan, baik terhadap Tuhan nan Mahaesa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakat dan bangsanya. Nilai-nilai karakter nan dikembangkan dalam program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didasari dari filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara, ialah olah hati (etika), olah pikir (literasi), olah karsa (estetika), dan olah raga (kinestetik).
Terdapat enam karakter dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan nan Maha Esa, dan beradab mulia; (2) Berkebinekaan global, (3) Mandiri, (4) Bergotong royong, (5) Bernalar kritis, serta (6) Kreatif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang kehidupan nan mempunyai kompetensi dunia dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila dikenal dengan keunggulannya ialah bisa menjadi pedoman pengembangan karakter bagi pendidik dan pelajar Indonesia. Nah, kembali pada pembahasan pendidikan karakter, dimana ada banyak sekali aktivitas pembiasaan pendidikan karakter di sekolah. Upacara bendera adalah salah satunya.
Sebagai salah satu aktivitas pembiasaan pendidikan karakter di sekolah, saya memandang sungguh aktivitas upacara tersebut bukan sekadar memandang momen pengibaran bendera. Lebih dari itu, mereka- sejak usia kanak-kanak, telah terbentuk pribadi cinta tanah air.
Seperti cerita adik- di awal tulisan tadi, di usianya apalagi sebelum masuk sekolah, dia sudah sering menanti tayangan upacara di layar kaca- setiap seremoni 17 Agustus. Pagi hari, acapkali dia bertanya apakah upacara bendera di ibu kota sana sudah dimulai alias belum. Tak sampai di situ, di masa pandemi, setiap kami mengikuti seminar daring pun, dia bakal menanti momen menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara bersama-sama. Jauh dari layar laptop, dia turut menyanyi berbareng peserta seminar daring.
Dari Pembiasaan Pendidikan Karakter di Sekolah, Terbentuk Kepribadian Bangsa
Keberhasilan Kemendikbudristek dalam mengemas enam karakter nan menjadi Profil Pelajar Pancasila sehingga mempunyai arah dan tujuan nan jelas, tentu tak luput dari peran serta banyak pihak. Termasuk peran orang tua, nan paling banyak membersamai anak-anak di rumah. Apa nan saya pelajari sejak dulu, saya lakukan secara mengalir begitu saja. Membersamai anak-anak, sungguh adalah momen belajar nan tiada habisnya bagi kita para orang tua.
Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kebijakan Kemendikbudristek, berjejaring dengan para orang tua dahsyat lainnya di luar sana, senang sekali atas keputusan saya nan telah berasosiasi dengan Sidina Community sejak 2022 lalu. Berawal dari rayuan seorang kawan blogger, saya mulai mengikuti training ibu penggerak, hingga berkesempatan menjadi salah satu peserta Training of Trainer (ToT) Fasilitator Ibu Penggerak. Bisa belajar banyak, pun berbagi info mengenai kebijakan Kemendikbudristek pada orang tua lainnya di luar sana.
Mengenal Sidina Community
Nama Sidina Community tentu sudah tidak asing lagi di kalangan para orang tua murid. Sebagai mitra resmi Kemendikbudristek sejak bulan April 2021, nan salah satu tugasnya adalah mensosialisasikan program dan kebijakan-kebijakan Kemendikbudristek. Adapun agenda rutin dari Sidina Community yaitu- untuk kegiatan online: Pelatihan Ibu Penggerak, nan sudah mempunyai 1.393 Ibu Penggerak dan 170 Fasilitator (data: Agustus 2023), Webinar Kemdikbud bulanan, Jumpin (Jumat Pintar), Member Gathering, English Day, Hari Bahasa Daerah, Ibu Of The Month. Sedangkan aktivitas offline-nya adalah Festival Ibu Penggerak, beragam macam kelas dan seminar pengembangan diri, dan juga Training of Trainer (ToT) Fasilitator Ibu Penggerak.
Dalam sejumlah aktivitas nan diadakan oleh Kemendikbudristek, tentunya Sidina Community kerap dilibatkan. Baik itu aktivitas nan diselenggarakan di pusat (Jakarta), maupun di beragam daerah. Saya pribadi pernah mengikuti sejumlah aktivitas sebagai perwakilan Sidina Community di Mataram, NTB. Salah satu nan terbaru ialah aktivitas Advokasi Implementasi Pemanfaatan Produk Kebinekaan pada 6-8 Mei 2024 lalu.
Cerita Di Balik Upacara Bendera
Bagi para orang tua murid, termasuk saya, cerita tentang pengalaman upacara bendera dari mata seorang usia kanak-kanak tentu menjadi perihal nan menarik. Bagaimana seorang anak mini memandang aktivitas berdiri di lapangan, terpapar panas matahari, bukanlah sesuatu nan melelahkan- tetapi menyenangkan. Pembiasaan pendidikan karakter di sekolah tak hanya berupa aktivitas upacara pengibaran bendera, ada pula aktivitas menyanyikan lagu wajib dan daerah, membaca cerita rakyat, dan lainnya.
Siang itu, sepulang dari sekolah, aktivitas berjalan seperti biasanya. Ada lomba tujuh belasan, dari kejauhan terlihat pula masyarakat nan sibuk menyiapkan panggung pesta rakyat. Di luar itu, rutinitas rumah melangkah seperti biasanya. Tak sabar menanti 17 Agustus tahun ini, dan tahun-tahun berikutnya. Melihat gimana kedua anak wanita ini bertumbuh, berkembang menjadi pelajar nan baik ketaatan dan ilmunya, sebagaimana karakter dalam Profil Pelajar Pancasila.